Rabu, 22 April 2009
Kartini Roda Dua Tak Mau Kalah dengan Pria
KOMPAS.com — Pahlawan nasional wanita, RA Kartini, kini bisa tersenyum. Perjuangan dan ketegaran semasa hidup telah menjadi inspirasi kaum hawa di Tanah Air. Kini, perjuangannya sudah menuaikan hasil, wanita bisa disejajarkan dengan pria, termasuk di bidang otomotif, khususnya roda dua.
Enggak percaya, nih beberapa di antaranya.
Dian "The Girly Foxy Lady"
Memiliki latar belakang desainer pakaian dan jebolan sekolah desain interior, seharusnya Dian berkecimpung di dua bidang itu. Nyatanya, ia memilih profesi sebagai tukang cat motor. Uniknya, bukan melalui teknik airbrush, "Saya lebih memilih teknik freehand," sebut pemilik rumah cat motor Hipnotyc Painting di Jl Anggrek 5, No 17, Bintaro.
Uniknya, Dian lebih suka bentuk abstrak, art deco sebagai modifikasi dari karya yang realis. Contohnya, gambar di tangki yang diambil dari bentuk burung khayalan Phoenix. "Untuk tangki sesuai kemauan pemilik, kami cuma mematok harga Rp 500.000 dan kisaran Rp 1 juta untuk seluruh motor," jelas Dian sambil menuliskan kontaknya di 0812-9828-323.
Rini, Fitri, dan Fatmawati
Ketiga Kartini ini harus berterima kasih pada Berry Herlambang, pemilik kursus mekanik Eka Jaya Berrindo di Cirebon, Jawa Barat. Bekerja sama dengan Ditjen PNPI Depdiknas, ia memberi beasiswa untuk meringankan ekonomi kepada Rini, Fitri dan Fatmawati yang memang menjadi ambisi Berry untuk menciptakan mekanik Kartini.
Selain mendapat pendidikan selama 3 bulan—dengan materi mulai dari mesin, sasis, kelistrikan, manajemen bengkel, dan kewirausahaan—untuk mengasah keterampilan, mereka harus kerja praktik di bengkel minimal 1 bulan. Tak cuma itu, para calon mekanik harus membuka servis gratis di desanya dan diwajibkan mengumpulkan 50 kasus.
Mami Wiwi, Ahli Mesin 2-tak
Sepeninggal suami, ia jadi kepala keluarga sekaligus tulang punggung dengan keahliannya mengoprek mesin motor 2-tak. Bisa dibilang, Mami Wiwi jagonya, berkat ilmu yang ditularkan dari sang suami. "Dulu waktu jaga bengkel dikenalkan tips servis motor," kenang ibu dua anak berusia 47 tahun ini.
Wiwi begitu hebat korek mesin 2-tak. Tak sedikit, kala era balap 2-tak masih jaya, motor korekannya memenangi balapan. "Untuk grasstrack, dulu sering main ke Bangka-Belitung," paparnya yang tampil di arena balap kala itu dengan bendera BMC.
Kini, perkembangan teknologi 4-tak dan motor otomatis di ajang balap tak diikutinya. "Sudah ketinggalan, lagi pula udah berumur. Capek," tutup perempuan ramah ini.
Muik Him, Si Pekerja Keras
Ibu lima anak ini berprofesi mekanik, pemilik bengkel gede ACDC Motor di Tangerang. Asli Singkawang, Kalimantan Barat, ia semula adalah tukang jahit. Akibat tekanan ekonomi, ia jadi nge-bengkel, meski enggak ada sekolah khusus dan belajar secara otodidak, sesuatu yang pernah ditekuni pada 1980-an.
Motor pertama yang dihidupkannya Yamaha V80. "Senang banget mesin bisa menyala. Saya bisa!" kenang Muik. Sekarang, bengkelnya sudah besar dan bertingkat. Kebanggaannya lagi, kelima anaknya tak ada yang menyusahkannya, "Ada pegawai bank, mekanik, petugas bandara, masih kuliah, dan pebisnis. Saya baru mau istirahat jika bengkel sudah maju dan ingin pelesir ke negeri China," targetnya.
Padahal, ketika zaman susahnya, Muik dan sang suami, Kumbang, tinggal di rumah kontrakan ukuran 3 x 4 meter. Buat betulin motor, tidur, dan dapur di tempat itu juga. Modalnya, cuma busi satu dus, 1 unit aki, satu botol oli, plus alat bengkel seadanya. Kini, Muik sudah bisa menikmati hasil perjuangannya. (Isf@n, Hend)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
22 April 2009 pukul 21.26
wah.. perjuangannya, salut salut... pantes nyandang gelar Kartini. Berjuang terus yah.., pantang mundur Girls...
Posting Komentar